Posts

//(KE) M A L A N G (AN)//

Akar rambat yang malang, hanya jadi pijakan tempat berteduhnya mereka yang kesepian. Buah-buah yang dipaksa meninggalkan tunas tempatnya subur, merintih menahan sedih. Karena dipaksa jatuh atau dipetik atau disodok bambu panjang dengan paksa. Air sungai sekalipun akan jadi asin setelah menuju lautan, mengapa kamu belum juga(?) Bintang pun bersinar saat siang, mengapa kamu belum juga(?) Setelah mendengar deklarasi setia dari panas pada matahari, belum munculkah gairahmu(?) Setelah bulan mempertegas setianya pada malam, tak munculkah gairahmu(?) Di bawah pohon rindang itu di sisi buah yang berjatuhan itu di tepi sungai itu. Masihkah ada hasrat di dalamnya(?) . . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagram: @aji.pb

TUNGGU SAJA MEREKA MERESTUI

Waktu lagi-lagi tak berpihak bukan? Meninggalkan dua kepala yang saling mengasihi, hingga rindu kembali berpijak dan kembali menampakkan dirinya. Ternyata, waktu bisa sekejam itu, membiarkan mereka yang saling mengasihi pergi dan sulit kembali. Sulit rasanya, terlebih bukan hanya waktu, jarak pun ikut andil dalam kasus ini. Dua perkara yang dalam kontes kesetiaan pasti selalu keluar jadi juara. Yup, juaranya menuntaskan hubungan. Untuk itulah, banyak orang bilang jarak dan waktu adalah gempa paling besar dalam hubungan. Tapi mendengar itu hati mampu lebih tenang sebab jika gempa paling besar saja mampu sabar, takkan adalagi alasan gempa kecil mampu buat hubungan bubar singkatnya begitu kan? Semuanya tentang sabar, tentang berikrar---pada diri sendiri---tak ingin beralih dan pergi, dan bila sudah saatnya waktu dan jarak merestui, mereka yang rindu dikasihi, akan terpenuhi. Semua memang tentang waktu, dibantu dengan jarak. . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagr...

AKU, WAKTU DAN BAHAGIA

Ternyata bagian bahagia pada hidup masih terus berlanjut langkah demi langkah hadir dengan senyum yang melekat di sana sehingga dihadirkan kamu, satu dari banyak manusia yang indah. Tersenyumlah, sampai kau lupa cara untuk menangis---kecuali denganku. Tersenyumlah, sampai bait-bait yang pernah menusukmu itu sembuh dengan senyummu. Tersenyumlah, sampai waktu hadirkan tempat paling nyaman untuk bersandar, hingga tangismu kelak akan jadi pelega yang manjur. Menangislah---dalam dekapku---sayang, aku siap jadi tempat yang selalu kau tunggu itu. Selalu. . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagram: @aji.pb

CINTA UNTUK KEANGKUHAN

Ada yang tak mampu selesai dalam hati meski sudah dinyatakan usai. Perihal hati misalnya... Yang bersikeras mencintai meski komunikasi sudah pamit. Yang tetap lontar perhatian meski tak dapat balasan. Hatimu terlalu keras, tidak memandang banyak yang sebenarnya harus dipangkas dalam hidupmu, demi sebuah ketenangan. Jiwamu terlalu angkuh untuk terus dapat cinta itu. Percayalah, sebab cinta tidak datang pada orang yang tak siap mengasihi serta dikasihi. Sebaiknya kamu pergi. Berlabuh bukan sesuatu yang buruk lagi pula, tempat nyaman akan segera hadir lagi setelah tempat sebelumnya sempat beri kehangatan. Jangan takut... Meski hatimu keras, Akan ada yang mampu hadir meski tau sekeras itu hatimu. Akan tetap ada yang mengasihi jiwamu yang angkuh itu sehingga luluh dibuatnya. Ada... Pasti akan ada... Tunggu saja... . . . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagram: @aji.pb

KEHADIRAN MENTARI

Duniamu masih indah untuk didaki kedua kaki yang sudah lelah ini sebab dihantam hingga lebam. Lampu-lampu yang tak begitu terang itu beri harapan yang jelas beri penerangan pencari kesunyian malam itu. Dalam radar, kutemukan kamu, yang sedang sendirian menanti pujaan. Apa kabar kekasih (?) Remang itu kadang buat nyaman, bukan (?) Tapi kesunyian sesungguhnya hanya menghadirkan kesepian. Kau tak bisa menyangkal itu. Jadi, bersama sembari bercerita jadi opsi paling indah, yang saat menua, kita lupa bagaimana harapan-harapan itu muncul dan berkembang. Doa dalam fajar, :semoga kita selalu ada untuk kehangatan hati yang tegar . . . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagram: @aji.pb

MIMPI UNTUK NYATA

Awan mendung mengukir pagi yang sejuk ini dengan segala opini  baik-buruknya yang difonis oleh mereka yang baru bangun tidur. Aku yang sejak pagi sudah rindu mimpi-mimpi, sampai dihadirkan kamu, yang nyata :bersama rasa yang memang sudah ada. Kenapa kamu begitu candu untuk rasa yang gagu? Aku----yang sejak awal---ingin membersamai rasa itu meninggalkan mimpi: meski jadikan aku seorang paling bahagia meniti dengan waktu yang meski tak singkat :setidaknya denganmu.

ADA AKU YANG TAK DIINGINKAN

Terlihat seperti hal yang tak pasti: mencintai kamu. Terlihat seperti hal tak mungkin: dicintai kamu. Terlihat seperti keraguan: berbicara denganmu. Terlihat seperti bidadari: kamu. Ada yang tak pulang menanti kamu demi sebuah temu yang selalu dibuat semu. Selalu saja tak diramu, selalu saja tak diindahkan selalu seperti tak terkenang. Setidak peka itukah kamu? Sampai rasa yang jelas ini tak tersampaikan? Meski tiap malan doa selalu tersirat tindakan mengisyaratkan peduli menunjukkan. Sebenarnya, kamu pura-pura atau benar tidak peka? . . . Tentang Penulis: Bagas Puspito Aji Instagram: @aji.pb